Senin, 27 Mei 2013

Petrichor



Menurutku malam belum terlalu larut, Namun jalanan terlihat sepi dan berkabut. Mungkin ini akibat hujan sore tadi yang masih menyisakan rintik rintiknya malam ini. aku memandang keluar jendela, melihat lampu –lampu oranye, memahami apa saja yang ku temui di kota mungil itu. “Kota ini bersih sekali, segalanya tertata rapih” gumamku dalam hati. Kamu menepuk pundakku halus  “coba liat, kita ada diposisi paling depan diantara mereka, berarti kita juaranya!!!”  dengan semangat kamu menunjuk kendaraan dibelakang kita sambil tertawa. “siapa yang mau ngasih piala kalo kita juara? Lampu merahnya disini lama ya...” jawabku. “coba liat, rintik rintik hujan dibawah lampu oranye. Itu yang kamu suka kan? terus bayangan lampu lampu mobil dijalanan basah itu”  kamu bahkan tak menghiraukan leluconku!lalu  menunjuk  satu per satu “warnanya hijau, merah, kuning, syahdu ya?” seketika itu aku merasa semuanya terhenti, begitupun dengan detak jantungku. Aku mengamati semua yang kamu ucapkan. Menyadari betapa syahdunya malam itu. sedang kalipso kalipso cinta mengalun lembut menguasai  aku dan kamu yang saling membisu setelah itu. Aku tidak  mengatakan apapun, bibirku seolah terkunci,  suaraku mendadak parau untuk sekedar bicara. Entah, aku tak  mampu memalingkan wajahku dari keadaan ini, bahkan untuk sekedar  memandang wajahmu sekalipun  aku tak mampu. Apalagi jika aku harus melihat sorot matamu dan khas-nya  senyummu, sungguh aku tak mampu. Aku hanya mampu bersandar dengan tenang, memejamkan mataku, merasakanmu disampingku, merasakan aroma hujan dan deru , merasakan detik – detik kesyahduan yang tak akan mungkin aku temukan lagi di dimensi manapun bersamamu. Sekali lagi, saat itu, disana. Hanya kamu dan aku saja...




dn

Minggu, 05 Mei 2013

Untukmu,





 Hujan,
Kau ingatkan aku, tentang satu rindu.
Dimasa yang lalu,
Saat mimpi masih indah bersamamu.





( lirik ini aku kutip sesambil ditemani derai dan linang. Lirik ini akan kutitip kepada angin malam yang tenang. Untuk ia sampaikan kepadamu  yang mampu meneduhkan jiwa gersang yang berselimut duka garang, kepadamu yang  beraut halus selayak angin menyapu alang - alang, kepadamu yang  tak akan lekang dan bersemayam didalam belulang, kepadamu yang selalu melahirkan senyum dalam diam deranamu. Ya, kamu. )








Salam,


Putri kecilmu.