Menurutku malam
belum terlalu larut, Namun jalanan terlihat sepi dan berkabut. Mungkin ini
akibat hujan sore tadi yang masih menyisakan rintik rintiknya malam ini. aku
memandang keluar jendela, melihat lampu –lampu oranye, memahami apa saja yang
ku temui di kota mungil itu. “Kota ini bersih sekali, segalanya tertata rapih”
gumamku dalam hati. Kamu menepuk pundakku halus
“coba liat, kita ada diposisi paling depan diantara mereka, berarti kita
juaranya!!!” dengan semangat kamu
menunjuk kendaraan dibelakang kita sambil tertawa. “siapa yang mau ngasih piala
kalo kita juara? Lampu merahnya disini lama ya...” jawabku. “coba liat, rintik
rintik hujan dibawah lampu oranye. Itu yang kamu suka kan? terus bayangan lampu
lampu mobil dijalanan basah itu” kamu bahkan tak menghiraukan leluconku!lalu
menunjuk satu per satu “warnanya hijau,
merah, kuning, syahdu ya?” seketika itu aku merasa semuanya terhenti, begitupun
dengan detak jantungku. Aku mengamati semua yang kamu ucapkan. Menyadari betapa
syahdunya malam itu. sedang kalipso kalipso cinta mengalun lembut menguasai aku dan kamu yang saling membisu setelah itu.
Aku tidak mengatakan apapun, bibirku
seolah terkunci, suaraku mendadak parau
untuk sekedar bicara. Entah, aku tak
mampu memalingkan wajahku dari keadaan ini, bahkan untuk sekedar memandang wajahmu sekalipun aku tak mampu. Apalagi jika aku harus melihat
sorot matamu dan khas-nya senyummu,
sungguh aku tak mampu. Aku hanya mampu bersandar dengan tenang, memejamkan
mataku, merasakanmu disampingku, merasakan aroma hujan dan deru , merasakan
detik – detik kesyahduan yang tak akan mungkin aku temukan lagi di dimensi
manapun bersamamu. Sekali lagi, saat itu, disana. Hanya kamu dan aku saja...
dn